1.
Definisi
Eliminasi alvi adalah
proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal
dari saluran pencernaan melalui anus.
2.
Pencernaan Normal dan Eliminasi
Saluran gastrointestinal
(GI) merupakan serangkaian organ muscular berongga yang dilapisi mukosa
(selaput lendir)
Tujuan kerja organ ini
adalah :
a.
Mengabsorbsi cairan dan nutrisi
b.
Menyiapkan makanan untuk diabsorbsi dan
digunakan sel-sel tubuh
c.
Menyediakan tempat penyimpanan feses
sementara
3.
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Alvi (Defekasi)
a.
Usia : Pada usia bayi kontrol defekasi
belum berkembang sedangkan pada usia manula kontrol defekasi menurun.
b.
Diet : Makanan berserat
akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh
juga mempercepat proses defekasi.
c. Intake cairan : Intake cairan yang
kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorpsi
cairan meningkat.
d.
Aktifitas : Tonus otot
abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan
peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon
e. Psikologis : Keadaan cemas, takut dan
marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga menyebabkan
diare.
f.
Pengobatan : Beberapa jenis
obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi
g. Gaya
Hidup : Kebiasaan untuk melatih buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas
buang air besar dan kebiasaan menahan buang air besar.
h.
Prosedur
diagnostic : Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic
biasanya dipuasakan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat
buang air besar kecuali setelah makan.
i.
Penyakit : Beberapa penyakit
pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi
j. Anestesi
dan pembedahan : Anestesi unium dapat menghalangi impuls
parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini
dapat berlangsung 24-48 jam.
k. Nyeri : Pengalaman nyeri
waktu buang air besar seperti adanya hemoroid fraktur os pubis, episiotomi akan
mengurangi keinginan untuk buang air besar.
l.
Kerusakan
sensorik dan motorik : Kerusakan spinal cord dan injury
kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi
m. Posisi selama defekasi : Posisi jongkok
merupakan posisis yang normal saat melakukan defekasi. Toilet modern dirancang
untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu untuk duduk
tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan intra abdomen dan mengeluarkan
kontraksi otot-otot pahanya.
4.
Masalah Defekasi
a.
Diare
Peningkatan jumlah feses dan
peningkatan feses cair yang tidak terbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang
mempengaruhi proses pencernaan, absorbsi, dan sekresi di dalam GI. Isi usus
terlalu cepat keluar melalui usus halus dan kolon sehingga absorbsi cairan yang
biasa tidak dapat berlangsung.
b.
Konstipasi
Merupakan gejala, bukan
penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang
sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum.
Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga
banyak air diserap.
c.
Fecal impaksi
Merupakan akibat
konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di rektum
tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon
sigmoid
d.
Inkontinensia alvi
Ketidakmampuan mengontrol
keluarnya feses dan gas dari anus.
e.
Kembung /Akumulasi Gas / Flatulen
Yaitu menumpuknya gas pada
lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan
kram.
f.
Hemoroid
Vena-vena yang
berdilatasi, membengkak di lapisan rectum.
g.
Diversi Usus
Penyakt tertentu
menyebabkan kondisi – kondisi yang mencegah pengeluaran feses secara normal
dari rectum. Sehingga menimbulkan suatu kebutuhan untuk membentuk suatu lubang
(stoma) buatan yang permanen atau sementara. Lubang yang dibuat melalui
pembedahan (ostomi) paling sering di ileum (ileostomi) atau di kolon
(kolostomi).
5.
Proses Keperawatan untuk Masalah Eliminasi
Alvi
a.
Pengkajian
Untuk mengkaji pola
eliminasi dan menentukan adanya kelainan, perawat melakukan pengkajian riwayat
keperawatan, pengkajian fisik abdomen, menginfeksi karakteristik feses, dan
meninjau kembali hasil pemeriksaan yang berhubungan.
1)
Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan
memfasilitasi peninjauan ulang pola dan kebiasaan defekasi klien. Gambaran yang
klien katakan sebagai “ normal “ atau “ tidak normal “ mungkin berbeda dari
faktor dan kondisi yang cenderung meningkatkan eliminasi normal. Dengan
mengidentifikasi pola normal dan abnormal, kebiasaan, dan persepsi klien
tentang eliminasi fekal memungkinkan perawat menentukan masalah klien. Banyak
riwayat keperawatan dapat dikelompokkan berdasarkan faktor – faktor yang
mempengaruhi eliminasi.
a) Penentuan pola eliminasi klien yang biasa.
Termasuk frekuensi dan waktu defekasi dalam sehari. Pengkajian terkini tentang
pola defekasi klien yang akurat dapat ditingkatkan dengan meminta klien atau
tenaga kesehatan melingkapi lembar pencatatan eliminasi fekal atau defekasi (Doughty,
1992). Seperti pada penyuluhan klien, perawat harus memastikan bahwa individu
yang melengkapi lembaran pencatatan memahami informasi yang harus ia tulis.
b) Identifikasi rutinitas yang dilakukan untuk
meningkatkan eliminasi normal. Contoh rutinitas tersebut adalah konsumsi cairan
panas, penggunaan laksatif, pengkonsumsian makanan tertentu, atau mengambil
waktu untuk defekasi selama kurun waktu tertentu dalam satu hari
c) Gambaran setiap perubahan terbaru dalam pola
eliminasi. Informasi ini mungkin merupakan informasi yang paling penting karena
pola eliminasi bervariasi dan klien dapat dengan sangat mudah mendeteksi adanya
perubahan.
d) Deskripsi klien tentang karakteristik feses.
Perawat menentukan warna khas feses, konsistensi feses yang biasanya encer atau
padat atau lunak atau keras.
e) Riwayat diet. Perawat menetapkan jenis
makanan yang klien inginkan dalam sehari. Perawat menghitung penyajian buah –
buahan, sayur –sayuran, sereal, dan roti.
f) Gambaran asupan cairan setiap hari. Hal ini
meliputi tipe dan jumlah cairan. Klien mungkin harus memperkirakan jumlah
cairan dengan menggunakan cara pengukuran yang biasa digunakan dirumah.
g)
Riwayat olahraga. Perawat meminta klien
menjelaskan tipe dan jumlah olahraga yang dilakukannya setiap hari secara
spesifik.
h)
Pengkajian penggunaan alat bantuan buatan
dirumah. Perawat mengkaji apakah klien menggunakan enema, laksatif atau makanan
khusus sebelum defekasi
i) Riwayat pembedahan atau penyakit yang
mempengaruhi saluran GL. Informasi ini seringkali dapat membantu menjelaskan
gejala-gejala yang muncul.
j)
Keberadaan dan status diversi usus. Apabila
klien memilki ostomi, perawat mengkaji frekuensi drainase feses, karakter
feses, penampilan dan kondisi stoma (warna, pembengkakan, dan iritasi), tipe
peralatan yang digunakan, dan metode yang digunakan untuk mempertahankan fungsi
ostomi.
k) Riwayat pengobatan. Perawat menanyakan apakah
klien mengonsumsi obat-obatan (seperti laksatif, antasid, suplemen zat besi dan
analgesik) yang mungkin mengubah defekasi atau karakteristik feses
l)
Status emosional. Emosi klien dapat mengubah
frekuensi defekasi secara bermakna. Selama pengkajian, observasi emosi klien,
nada suara, dan sikap yang dapat menunjukkan perilaku penting yang
mengindikasikan adanya stres.
m) Riwayat
sosial. Klien mungkin memiliki banyak aturan dalam kehidupannya. Tempat klien
tinggal dapat mempengaruhi kebiasaan klien dalam defekasi dan berkemih. Apabila
klien tinggal didalam rumah yang ditempati oleh beberapa orang, berapa banyak
kamar mandi yang tersedia? Apakah klien memilki kamar mandi sendiri atau apakah
mereka perlu menggunakan kamar mandi bersama-sama yang menyebabkan mereka harus
menyesuaikan waktu dalam menggunakan kamar mandi untuk mengakomodasi kebutuhan
orang lain yang tinggal bersama mereka? Apakah klien tinggal sendiri, apakah
mereka mampu berjalan ke toilet dengan aman? Apakah klien tidak dapat defekasi
secara mandiri, perawat menentukan orang yang akan membantu klien dan
menentukan caranya.
n) Mobilitas dan ketangkasan. Mobilitas dan
ketangkasan klien perlu di evaluasi untuk menentukan perlu tidaknya peralatan
atau personel tambahan untuk membantu klien.
2)
Pengkajian Fisik
Perawat melakukan
pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang kemungkinan dipengaruhi oleh
adanya masalah eliminasi.
a) Mulut. Pengkajian meliputi inspeksi gigi,
lidah, gusi klien. Gigi yang buruk atau struktur gigi yang buruk mempengeruhi
kemampuan mengunyah.
b) Abdomen. Perawat menginspeksi keempat kuadran
abdomen untuk melihat warna, bentuk, kesimetrisan, dan warna kulit.
· Inspeksi juga mencakup memeriksa adanya masa,
gelombang peristaltik, jaringan parut, pola pembuluh darah vena, stoma dan
lesi. Dalam kondisi normal, gelombang peristaltis tidak terlihat. Namun,
gelombang peristaltik yang terlihat dapat merupakan tanda adanya obstruksi
usus.
· Distensi abdomen terlihat sebagai suatu
tonjolan abdomen ke arah luar yang menyeluruh. Gas di dalam usus, tumor
berukuran besar, atau cairan berada dalam rongga peritonium dapat menyebabkan
distensi. Distensi abdomen terasa kencang dan kulit tampak tegang, seakan
direnggangkan.
· Perawat mengauskultasi abdomen dengan
menggunakan stetoskop untuk mengkaji bising usus disetiap kuadran. Bising usus
normal terjadi setiap 5-15 detik dan berlangsung selama ½ sampai beberapa
detik. Sambil mengauskultasi, perawat memeperhatikan karakter dan frekuensi
bising usus. Peningkatan nada hentakan pada bising usus atau bunyi “tinkling”
(bunyi gemerincing) dapat terdengar, jika terjadi distensi. Tidak adanya bising
usus atau bising usus yang hipoaktif (bising usus kkurang dari lima kali per
menit) terjadi pada obstruksi usus dan gangguan inflamasi.
·
Perawat mempalpasi abdomen untuk melihat
adanya masa atau area nyeri tekan. Penting bagi klien untuk rileks. Ketegangan
otot-otot abdomen mengganggu hasil palpasi organ atau masa yang berada dibawah
abdomen tersebut.
c)
Perkusi mendeteksi lesi, cairan, atau gas
didalam abdomen. Pemahaman tentang lima bunyi perkusi juga memungkinkan
identifikasi struktur abdominal yang berada dibawah abdomen. Gas atau flatulen
menghasilkan bunyi timpani. Masa, tumor dan cairan menghasilkan bunyi tumpul
dalam perkusi.
d) Rektum. Perawat menginspeksi daerah disekitar
anus untuk melihat adanya lesi, perubahan warna, inflamasi dan hemoroid.
Kelainan harus dicatat dengan cermat. Untuk memeriksa rektum, perawat melakukan
palpasi dengan hati-hati. Setelah mengenakan sarung tangan sekali pakai,
perawat mengoleskan lubrikan ke jari telunjuk. Kemudian perawat meminta klien
mengedan dan saat klien melakukannya, perawat memasukan jari telunjuknya ke
dalam sfingter anus yang sedang relaksasi menuju umbilikus klien. Sfingter
biasanya berkonstriksi mengelilingi jari perawat. Perawat harus mempalpasi
semua sisi dinding rektum klien dengan metode tertentu untuk mengetahui adanya
nodul atau tekstur yang tidak teratur. Mukosa rektum normalnya lunak dan halus.
Mendorong jari telunjuk dengan paksa ke dinding rektum atau memasukan jari
telunjuk yang terlalu jauh dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
3)
Karakteristik Feses
Menginspeksi karakteristik
feses memberikan informasi tentang sifat perubahan eliminasi. Setiap
karakteristik feses dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kunci dalam
melakukan pengkajian adalah apakah ada perubahan baru yang terjadi. Klien
adalah orang yang paling tepat untuk ditanyai tentang hal ini.
4)
Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik
Pemeriksaaan laboratorium
dan diagnostik menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk mempelajari masalah
eliminasi. Analisis kandungan feses di laboratorium dapat mendeteksi kondisi
patologis seperti tumor, perdarahan dan infeksi.
a)
Spesimen feses.
b) Tes Guaiak. Tes laboratorium umum yang dapat
dilakukan dirumah atau disamping tempat tidur klien ialah tes guaiac atau
pemeriksaan darah samardi feses (fecal
occul blood testing, FOBT), yang menghitung jumlah darah mikroskopik di
dalam tes feses. Dalam kedaan normal, sedikit darah dikeluarkan dalam feses
setiap hari akibat abrasi minor peremukaan nasofaring dan permukaan mulut.
Jumlah kehilangan darah lebih besar dari 50 ml yang berasal dari saluran GI
bagian atas dapat disebut melena (darah di dalam feses). Tes guaiak membantu
memperlihatkan darah yang tidak terdeteksi secara visual. Tes ini merupakan tes
skrining diagnostik yang sangat bermanfaat untuk kanker kolon. Klien yang
mendapatkan antikeagulan atau mengalami gangguan perdarahan atau gangguan pada
saluran GI yang diketahui menyebabkan perdarahan (mis, tumor usus, inflamasi
usus, atau userasi) harus dites dengan menggunakan tes guaiak. Tes guaiak yang
paling umum dilakukan adalah pemeriksaan sediaan darah samar (hemoccult slide tes)
c)
Visualisasi langsung. Instrumen yang
dimasukkan ke dalam mulut (memperlihatkan saluran GI bagian atas atau upper GI,
UGI) atau rektum (memperlihatkan saluran GI dibagian bawah) memungkinkan dokter
menginspeksi integritas lendir, pembuluh darah., dan bagian organ tubuh.
·
Endoskop fiberoptik merupakan sebuah
instrumen optik yang dilengkapi dengan lensa pengamat, selang fleksibel yang
panjang, dan sebuah sumber cahaya pada bagian ujungnya. Alat ini memungkinkan
penampakan struktur pada ujung selang dan pemasukan instrumen khusus untuk
biopsi.
· Proktoskopi dan sigmoidoskopi merupakan
instrumen yang kaku, berbentuk selang yang dilengkapi dengan sumber cahaya.
Prostokopi terlihat seperti spekulum dengan sebuah lampu. Instrumen ini kurang
fleksibel dari pada skop fiberoptik dan lebih berpotensi menimbulkan gangguan
kenyamanan.
· Endoskopi atau gastrokopi UGI memungkinkan
visualisasi esofagus, lambung dan duodenum. Dokter menginspeksi tumor,
perubahan vaskular, inflamasi mukosa, ulkus, hernia, dan obstruksi. Sebuah gastrokop
memampukan dokter mengambil spesimen jaringan (atau biopsi), mengangkat
pertumbuhan jaringan yang abnormal (polip), dan sumber-sumber darah samar dari
perdarahan.
d)
Visualisasi tidak langsung. Apabila
visualisasi tidak memungkinkan (seperti struktuk GI yang lebih dalam), dokter
mengandalkan pemerikasaan sinar-X tidak langsung. Klien menelan media kontras
atau media diberikan sebagai enema. Salah satu media yang paling umum digunakan
adalah barium, suatu substansi radiipaq berwarna putih menyerupai kapur, yang
diminumkan ke klien seperti milkshake. Barium digunakan dalam pemeriksaan UGI
dan barium enema. Media kontras biasanya dilengkapi dengan penyedap rasa agar
rasanya lebih baik. Pemeriksaan GI bagian atas adalah pemeriksaan media kontras
yang ditelan dengan menggunakan sinar-X, yang memungkinkan dokter melihat
esophagus bagian bawah, lambung, dan duodenum. Dokter mencatat adanya ulsera,
inflasimasi, tumor, dan posisi organ yang tidak benar secara anatomi. Juga
memantau kepatenan organ dan katup pilorik.
b.
Diagnosa Keperawatan
1)
Gangguan eliminasi alvi: Konstipasi
(actual/resiko)
a) Definisi : Gangguan eliminasi alvi yang
diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalaui usus besar
b) Kemungkinan berhubungan dengan: Immobilisasi,
Menurunnya aktivitas fisik, Ileus, Stress, Kurang privasi, Menurunnya mobilitas
intestinal, Perubahan atau pembatasan diet.
c) Kemungkinan ditandai dengan: Menurunnya
bising usus, Mual, Nyeri abdomen, Adanya massa pada abdomen bagian kiri bawah,
Perubahan konsistensi feses, frekuensi buang air besar.
d) Kondisi klinik yang mungkin terjadi: Anemia,
Hipotiroidisme, Dialisa ginjal, Pembedahan abdomen, Paralisis, Cedera spinal
cord, Immobilisasi yang lama.
e)
Tujuan yang diharapkan:
·
Pasien kembali ke pola normal dari fungsi
bowel.
·
Terjadi perubahan pola hidup untuk menurunkan
factor penyebab konstipasi.
2)
Gangguan eliminasi: Diare
a) Definisi: Keluarnya feses cair dan
meningkatkan frekuensi buang air besar akibat cepatnya anyme melewati usus
besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air.
b)
Kemungkinan berhubungan dengan:Inflamasi,
iritasi, dan malabsorpsi, Pola makan yang salah, Perubahan proses pencernaan,
Efek samping pengobatan.
c)
Kemungkinan data yang ditemukan: Feses
berbentuk cair, Meningkatnya frekuensi buang air besar, Meningkatnya
peristaltik usus, Menurunnya nafsu makan.
d) Kondisi klinik yang mungkin ditemukan:
Peradangan bowel, Pembedahan saluran pencernaan bawah, Gastritis/enteristis.
e)
Tujuan yang diharapkan:
·
Pasien kembali buang air besar ke pola
normal.
·
Keadaan feses berbentuk dan lebih keras.
3)
Gangguan eliminasi alvi: inkontinensia
a)
Definisi: Ketidakmampuan mengontrol keluarnya
feses dan gas dari anus.
b) Kemungkinan berhubungan dengan: Menurunnya
tingkat kesadaran, Gangguan spinter anus, Gangguan neuromuskuler.
c) Kemungkinan data yang ditemukan: Tidak
terkontrolnya pengeluaran feses, Baju yang kotor oleh feses.
d) Kondisi klinis yang mungkin ada: Injuri
spinal cord, Pembedahan usus, Pembedahan ginokologi, Stroke, Trauma pada daerah
pelvis, Usia tua.
e)
Tujuan yang diharapkan:
·
Pasien dapat mengontrol pengeluaran feses.
·
Pasien kembali pada pola eliminasi normal.
c. Perencanaan
Rencana keperawatan harus
menetapkan tujuan dan kriteria hasil dengan menggabungkan kebiasaan atau
rutinitas eliminasi klien sebanyak mungkin. Apabila kebiasaan klien menyebabkan
masalah eliminasi, perawat membantu klien untuk mempelajari pola eliminasi yang
baru. Pola defekasi bervariasi pada setiap individu. Karena alasan ini, perawat
dan klien harus banyak bekerja sama untuk merencanakan intervensi yang efektif.
Apabila klien tidak mampu melakukan suatu fungsi atau aktivitas, atau
mengalamikelemahan akibat penyakit, sangat penting melibatkan keluarga dalam
rencana asuhan keperawatn. Seringkali anggota kelurga memiliki kebiasaan
eliminasi yang sama tidak efektifnya dengan klien. Dengan demikian, penyuluhan
kepada klien yang sangat penting., anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli
gizi dan ahli terapi enterostoma (perawat ET) dapat menjadi sumber yang
berharga. Apabila klien membutuhkan intervensi bedah, alur kritis dapat
dugunakan untuk mengoordinasi aktivitas tim perawatn kesehatan multidisiplin.
Tujuan perawatan klien
dengan masalah eliminasi meliputi hal-hal berikut :
·
Memahami eliminasi “normal”
·
Mengembangkan kebiasaan defekasi yang
teratur.
·
Memahami dan mempertahankan asupan cairan dan
makanan yang tepat.
·
Mengikuti program olahraga secara teratur.
·
Memperoleh rasa nyaman.
·
Mempertahankan integritas kulit.
·
Mempertahankan konsep diri
d. Implementasi
Keberhasilan intervensi
keperawatan bergantung pada upaya meningkatkan pemahaman klien dan keluarganya
tentang eliminasi fekal. Dirumah, dirumah sakit, atau di fasilitas perawatan
jangka panjang, klien yang mampu belajar dapat diajarkan tentang kebiasaan
defekasi yang efektif.
Perawat harus mengajarkan
klien dan keluarga tentang diet yang benar, asupan cairan yang adekuat, dan faktor-faktor
yang menstimulasi ataau memperlambat peristaltik, seperti stress emosional.
Seringkali pengajaran ini paling baik dilakukan selama waktu makan klien. Klien
juga harus mempelajari pentingnya melakukan defekasi secara teratur dan rutin
serta melakukan olahraga secara teratur dan mengambil tindakan yang benar
ketika muncul masalah eliminasi.
1)
Meningkatkan kebiasaan defekasi secara
teratur
2)
Meningkatkan defekasi normal
a)
Posisi jongkok
b)
Mengatur posisi di atas pispot
c)
Katartik dan laksartif
d)
Agens anti diare
e)
Enema
3)
Perawatan Ostomi
4)
Mempertahankan asupan cairan dan makanan yang
sesuai
5)
Meningkatkan latihan fisik secara teratur
6)
Meningkatkan rasa nyaman
7)
Mempertahankan integritas kulit.
8)
Meningkatkan konsep diri
e. Evaluasi
Keefektifan keperawatan
bergantung pada keberhasilan dalam mencapai tujuan dan hasil akhir yang
diharapkan dari perawatan. Secara optimal klien akan mampu mengeluarkan fases
yang lunak secara teratur tanpa merasa nyeri. Klien juga akan memperoleh
informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan pola eliminasi normal dan untuk
mendemonstrasikan keberhasialn yang berkelanjutan, yang diukur berdasarkan
interval waktu tertentu dalam suatu periode yang panjang. Klien akan mampu melakukan
defekasi secara normal dengan memanipulasi komponen-komponen alamiah dalam
kehidupan sehari-hari seperti diet,asupan cairan,dan olahraga. Ketergantungan
klien pada tindakan bantuan untuk membantu defekasi seperti enema dan
penggunaan laksatif, menjadi minimal. Klien akan merasa nyaman dengan protocol
ostomi dan mengidentifikasikan protocol tersebut sebagai sesuatu yang dapat
dipraktikkan secara pasti.
Contoh Evaluasi Intervensi
Untuk Konstipasi
Tujuan Tindakan Evaluatif
Hasil Yang Diharapkan
· Klien akan memahami dan mengonsumsi cairan
serta makanan yang dibutuhkan untuk meningkatkan pengeluaran fases yang lunak.
· Klien akan mendapatkan jadwal defekasi yang
teratur. Mengefaluasi rencana diet yang disusun oleh klien atau anggota
keluarga.
·
Menggukur asupan cairan klien.
·
Mengopservasi karakter feses.
·
Mencatat frekuensi defekasi.
·
Meminta klien untuk mendeskripsikan
factor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
· Meminta klien untuk mendiskusikan
faktor-faktor dalam riwayat kesehatannya yang dapatmenyebabkan masalah eliminasi.
Klien menguraikan sumber-sumber makanan yang tinggi serat.Klien menyiapkan menu
untuk 24 jam, termasuk makanan tinggi serat dan cairan.
·
Klien menjelaskan asupan cairan normal untuk
meningkatkan defekasi.
·
Asupan cairan klien minimal 1400-2000 ml setiap
hari.
· Klien mendapat jadwal defekasi yang teratur,
mengeluarkan fese berbentuk lunak tanpa usaha mengedan yang berlebihan.
EmoticonEmoticon